Peningkatan kasus penyakit diabetes pada usia muda menjadi perhatian serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Data dari Perhimpunan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menunjukkan adanya tren peningkatan prevalensi penyakit diabetes tipe 2 pada kelompok usia produktif, bahkan remaja. Gaya hidup modern yang serba cepat dan kurang sehat disinyalir menjadi faktor utama pemicu kondisi ini.
Pada konferensi pers yang diadakan di Gedung Rupatama Mabes Polri pada hari Senin, 5 Mei 2025, pukul 10.00 WIB, Dr. Anita Rahmawati, seorang ahli endokrinologi terkemuka, menyampaikan keprihatinannya mengenai fenomena ini. Beliau menyoroti bagaimana perubahan pola makan dengan konsumsi tinggi gula dan rendah serat, minimnya aktivitas fisik, serta stres akibat tekanan sosial dan ekonomi berkontribusi signifikan terhadap meningkatnya risiko diabetes di kalangan generasi muda.
“Dulu, penyakit diabetes tipe 2 lebih sering didiagnosis pada usia paruh baya atau lanjut. Namun, kini kita melihat semakin banyak anak muda, bahkan remaja, yang terdiagnosis,” ujar Dr. Anita. Beliau menambahkan bahwa kurangnya kesadaran akan gejala awal diabetes juga menjadi masalah. Gejala seperti sering merasa haus, sering buang air kecil terutama di malam hari, mudah lelah, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta penglihatan kabur seringkali diabaikan atau dianggap sebagai masalah kesehatan ringan.
Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan oleh tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dipublikasikan pada tanggal 20 April 2025, menemukan korelasi kuat antara obesitas dan resistensi insulin pada kelompok usia 18-35 tahun. Sebanyak 60% partisipan yang terdiagnosis diabetes memiliki riwayat obesitas atau kelebihan berat badan. Faktor genetik juga memainkan peran, di mana individu dengan riwayat keluarga diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan berbagai program pencegahan dan pengendalian penyakit diabetes, termasuk kampanye gaya hidup sehat dan deteksi dini. Namun, kesadaran dan partisipasi aktif dari generasi muda sangat dibutuhkan. Langkah-langkah sederhana seperti menjaga pola makan seimbang, rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari, menghindari minuman manis dan makanan olahan, serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat membantu mencegah atau menunda timbulnya penyakit diabetes.
Deteksi dini sangat krusial karena penyakit diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kebutaan. Dengan mengenali gejala awal dan melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko, penanganan penyakit diabetes dapat dilakukan lebih awal sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Generasi muda sebagai aset bangsa perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai risiko penyakit diabetes dan mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatan diri.